Hai guys. Dengan gw Alvi. Judul tulisan gw kali ini gw kutip dari sebuah buku yang ditulis oleh Susan Cain berjudul Quiet : The Power of Introverts in a World That Can’t Stop Talking.
Ini bukan ringkasan atau review atau sinopsis dari buku Quiet ya guys. Kalau ada yang lagi cari sinopsis buku Quiet di google terus nyasar kesini bisa langsung undo kalau sedang terburu – buru. Atau kalau punya sedikit waktu bisa baca beberapa paragraf dulu. Siapa tau apa yang akan gw ceritakan ini mirip seperti yang kalian sedang atau pernah rasakan.
Oke lanjut.
Banyak orang mengira kalau orang seperti gw dan teman – teman lain yang hobi nulis di blog kaya gini adalah orang yang pendiam. Hmm. Bisa jadi kalian benar. Kalau gw berpikir; bisa jadi sejatinya kami adalah orang – orang yang tidak banyak suara.
Gw sebut “sejatinya” karena memang gak semua orang pendiam itu terlihat tidak banyak bersuara. Dan yang uniknya, tidak semua orang yang terlihat tidak banyak bersuara merasa pendiam. Sebuah fakta unik yang alasan mengapa bisa begitu-nya baru gw sadari setelah gw menonton ceramah (atau apapun sebutannya) dari seorang KH Buya Syakur Yasin MA di channel youtube pribadi beliau ketika sedang membicarakan tentang “bertapa.” Gw gak mau tulis judulnya karena males nanti dikira SARA.
Yang mau nonton videonya bisa klik disini.
Gw mau sedikit cerita tentang masa kecil gw.
Dari kecil sebenarnya gw adalah tipe orang yang selalu “merasa sendiri” ketika sedang berkumpul dengan teman atau saudara, dan “merasa tidak sendiri” ketika sedang sendirian.
Alasannya karena ketika sedang berkumpul (dengan segala aktivitasnya) gw merasa seakan dunia ini (yang tercermin dari orang disekitar gw) sangatlah ribut dan gw merasa seakan sebagai satu – satunya orang yang tidak nyaman dengan situasi tersebut. Alhasil gw merasa sendirian.
Sedangkan ketika sedang sendirian gw justru merasa sedang bersama dengan seseorang yang sama – sama menikmati situasi tersebut dan kami bisa saling ngobrol dengan sangat seru. Dan seseorang tersebut adalah diri gw sendiri yang sesungguhnya.
Pasti ada yang bingung ketika baca paragraf sebelumnya.
Dan setelah sudah merasa tidak bingung dengan apa yang gw tulis akan ada yang berpikir kalau gw aneh banget.
Ya gak apa – apa juga sih. Sampai sekarang pun gw masih merasa kalau gw itu aneh. Gw tidak pernah memandang keanehan adalah sesuatu yang pasti salah. Dan gw sudah terbiasa dengan sesuatu yang dipandang aneh oleh sebagian orang.
Pernah ada kejadian gini; gw pernah dipertanyakan kenapa mau dekat – dekat (bermain) sama orang yang dianggap aneh karena orang itu gak pernah nyadar kalau badannya itu bau banget dan membuat banyak orang risih.
Aneh gak sih gw? hahaha. Sejujurnya itu gw lagi sarkas.
Oke lanjut.
Gw kadang suka geli sendiri ketika berpikir pasti ada yang menganggap orang – orang seperti gw atau biasa disebut orang introver adalah orang yang aneh. Bahkan kadang ketika gw sedang berkumpul dan merasa sendiri suka tiba – tiba ketawa karena berpikir pasti teman gw ada yang mikir gw aneh.
Yang bikin gw geli adalah karena faktanya sepertiga sampai setengah orang disekitar kita adalah seorang introver. Artinya ketika 6 orang berkumpul ada 2 sampai 4 orang disana yang introver. Cuma karena style dunia ini adalah ekstrover jadi ya memang ada orang introver yang merasa harus bisa menjadi ekstrover demi karir dan demi pengakuan masyarakat. Dan ada juga orang introver yang tidak tau kalau dia butuh waktu sendirian untuk mengisi energi. Jadi ya lucu aja. Orang introver yang jumlahnya bisa 50:50 dengan ekstrover dianggap aneh sama orang yang jangan – jangan dia juga introver.
Dari kecil gw sudah merasa seperti itu. Walaupun memang baru gw sadari dewasa ini.
Jaman sekolah teman – teman gw bilang kalau gw itu pendiam. Ketika ada tugas mendeskripsikan teman selalu teman gw mendeskripsikan gw sebagai seorang pendiam. Gw sendiri gak yakin juga apakah gw beneran pendiam atau tidak. Kalau yang dimaksud pendiam dilihat dari kalimat yang diucap bibir bisa dipastikan gw benar pendiam. Tapi menurut gw selama dipikiran gw ada percakapan dan ada dilema artinya itu tidak diam. Ya cuma tidak ada suaranya aja.
Setelah dewasa dan punya banyak referensi akhirnya gw sadar. Sebenarnya gw bukan pendiam. Dunia ini saja yang terlalu berisik. Dan gw mulai mahir untuk berkamuflase ditengah dunia ini. Dunia dengan gaya ekstrover. Dunia dimana orang tua bisa meminta maaf kepada tamu yang datang kerumah karena anaknya pemalu dan pendiam ketika disuruh berkenalan.
Tulisan ini sempat nyangkut di draft selama 2 hari karena gw bingung mau dibuat lebih panjang atau cukup. Tapi rasanya cukup.
Sekian atikel kali ini. Like & share tulisan ini serta follow / subscribe blog ini jika kalian suka dengan tulisan – tulisan gw. Terima kasih sudah membaca.
Salam Anget,
-Alvi-
Note : Artikel ini pernah saya posting di blog lama saya yaitu alvipunyacerita.wordpress.com pada 15 Desember 2021
Komentar
Posting Komentar