Hai guys. Dengan gw Alvi. Gw mau bahas satu hal yang sering dianggap sepele tapi berdampak besar, yaitu kita diajarin minta maaf sejak kecil , tapi jarang diajarin gimana caranya memaafkan orang (sekalipun orang itu nggak pernah minta maaf). Bagus sih anak harus diajar minta maaf karena itu soal tanggung jawab. Ketika salah maka harus minta maaf supaya dimaafkan. Biasanya anak kecil disuruh salaman sama orang tua atau guru. Dan kebiasaan tersebut bisa membuat kita menyimpulkan kalau memaafkan itu harus ada yang duluan minta maaf. Masalahnya, kalo kita cuma bisa memaafkan kalau ada kata "maaf" duluan, hidup bakal penuh tunggu-tungguan. Padahal, memaafkan tanpa diminta itu penting buat kesehatan hati kita sendiri. Bayangin aja, orang udah minta maaf aja belum tentu kita bisa maafin, apa lagi ini orangnya gak sadar kalau sudah melukai kita. Waktu kecil kemungkinan kita tinggal di lingkungan homogen . Misalnya kaya gw, tinggal di lingkungan yang mayoritas beragama Katolik dan ...
Setelah selesai Ujian Akhir Semester dan dilanjutkan dengan libur yang paling gue tunggu adalah keluarnya Kartu Hasil Study (KHS) dari 7 mata kuliah yang gue ambil di semester 6 yaitu Teori Ekonomi Makro (matkul yang terpaksa gue ulang karena nilai sebelumnya jelek), Kewirausahaan, Manajemen Strategik, Auditing II, Manajemen Audit, Bahasa Indonesia (Matkul yang selalu gue hindari dari semester awal) dan Workshop Auditing gue paling merasa takut gak lulus di matkul Manajemen Audit karena saat UAS gue lupa tanda tangan dilembaran absensi. Bego banget gue. Begitu gue dapet kabar kalau nilai sudah keluar di Sistem Informasi Akademik (SIKAD) langsung gue login ke akun SIKAD gue. Sempet panik karena gue beberapa kali gagal login. Ternyata caps lock-nya nyala. hehehe.. "What the hell?" (sambil pegang dahi gue yang lebar) Ternyata salah satu matkul gue mendapat nilai D. Dan bukan di mata kuliah Manajemen Audit. Gue mendapat nilai D di mata kuliah Manajemen Strategik. "Apa co...